Berbagi dan Berkolaborasi

Menumbuhkan Ekosistem Digital Menuju Merdeka Belajar

Berbagi dan Berkolaborasi

Menumbuhkan Ekosistem Digital Menuju Merdeka Belajar

Berbagi dan Berkolaborasi

Menumbuhkan Ekosistem Digital Menuju Merdeka Belajar

Berbagi dan Berkolaborasi

Menumbuhkan Ekosistem Digital Menuju Merdeka Belajar

Berbagi dan Berkolaborasi

Menumbuhkan Ekosistem Digital Menuju Merdeka Belajar

Minggu, 27 Oktober 2024

Membangun Jiwa Kepemimpinan melalui Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan

 Membangun Jiwa Kepemimpinan melalui Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan

(Aksi Nyata PGP A 11 Modul 3.1)

Oleh : Ramida Sari

Dalam perjalanan saya mempelajari modul "Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin," saya semakin memahami bahwa keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin berdampak luas terhadap lingkungan di sekitarnya, baik dalam lingkup sekolah, organisasi, maupun masyarakat. Sebagai seorang guru penggerak, saya berkesempatan untuk mendalami bagaimana nilai-nilai kebajikan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan yang tidak hanya tepat, tetapi juga membawa kebaikan dan manfaat bagi semua pihak yang terlibat.

Mengapa Nilai-nilai Kebajikan Penting dalam Pengambilan Keputusan?

Pengambilan keputusan yang didasarkan pada nilai-nilai kebajikan memerlukan kepekaan dan pemahaman yang mendalam tentang prinsip moral, integritas, dan kesejahteraan bersama. Nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, empati, dan tanggung jawab sangat penting agar keputusan yang kita buat benar-benar berlandaskan pada hal-hal yang baik, bukan sekadar hasil atau tujuan. Melalui modul ini, saya belajar bahwa kebajikan adalah fondasi untuk menciptakan lingkungan yang aman, adil, dan penuh kasih bagi semua.

Sebagai pemimpin dalam lingkungan pendidikan, memahami dan menerapkan nilai-nilai ini sangat krusial dalam berbagai situasi, baik saat memutuskan kebijakan, menyelesaikan masalah siswa, maupun saat mendukung rekan kerja. Melalui modul ini, saya menyadari bahwa keputusan yang baik adalah keputusan yang mempertimbangkan semua perspektif dengan bijaksana dan menghormati hak serta kebutuhan setiap individu.

Pembelajaran Penting dari Modul Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan

  1. Pendekatan 4 Paradigma Dilema Etika Paradigma ini mengajarkan bahwa setiap keputusan seringkali mengandung dilema antara dua kebenaran. Misalnya, kejujuran vs kesetiaan, atau keadilan vs belas kasih. Dengan memahami paradigma ini, saya dapat mengevaluasi keputusan secara lebih komprehensif, memikirkan dampaknya, dan memilih langkah yang membawa kebaikan serta keadilan bagi semua pihak.

  2. Prinsip-prinsip Dasar Pengambilan Keputusan Etis Dalam modul ini, saya diperkenalkan pada prinsip-prinsip utama yang menjadi pedoman saat menghadapi situasi sulit: keadilan, empati, dan kepedulian terhadap kesejahteraan bersama. Prinsip ini tidak hanya membantu dalam membuat keputusan yang benar tetapi juga membangun kepercayaan dan keterlibatan dari semua pihak yang terlibat.

  3. Langkah-langkah Sistematis dalam Mengambil Keputusan Modul ini memberikan sembilan langkah konkret yang dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan, mulai dari mengenali dilema hingga merefleksikan hasil keputusan. Langkah-langkah ini sangat membantu dalam menyusun keputusan yang berdasarkan analisis dan refleksi yang mendalam. Setiap langkah memungkinkan saya sebagai pemimpin untuk lebih memahami aspek-aspek etis dan implikasi dari keputusan yang saya ambil.

Membagikan Pengalaman dan Pengetahuan Melalui Media Digital

Sebagai langkah nyata untuk membangun kesadaran akan pentingnya nilai-nilai kebajikan dalam pengambilan keputusan, saya berkomitmen untuk membagikan pengalaman dan pengetahuan ini melalui situs portofolio digital saya. Dalam situs ini, saya akan menguraikan langkah-langkah pengambilan keputusan etis, studi kasus, serta refleksi pribadi yang diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi pendidik, pemimpin, dan masyarakat luas.

Berbagi melalui media digital memiliki manfaat luar biasa dalam memperluas jangkauan pembelajaran. Dengan berbagi pengalaman ini, saya berharap nilai-nilai kebajikan sebagai dasar pengambilan keputusan dapat semakin dikenal dan dipahami, sehingga tercipta iklim kepemimpinan yang lebih kuat, berintegritas, dan berempati di berbagai lingkungan pendidikan di Indonesia.

Membangun Kepemimpinan Berbasis Kebajikan untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Modul "Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin" telah memberikan saya landasan yang kuat untuk berkembang sebagai pemimpin yang mampu membuat keputusan yang berlandaskan pada kebaikan. Dengan nilai-nilai ini, saya yakin dapat membangun lingkungan yang lebih harmonis, mendukung pengembangan karakter siswa, dan menciptakan hubungan yang kuat di dalam komunitas pendidikan. Semoga pengalaman dan pengetahuan yang saya bagikan dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk menjadi pemimpin yang bertanggung jawab dan beretika di masa depan.




Kamis, 24 Oktober 2024

Koneksi Antar Materi Modul 3.1: Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin

Dalam filosofi Ki Hajar Dewantara, konsep Triloka yang mencakup ing ngarso sung tulodo (di depan memberi teladan), ing madyo mangun karso (di tengah memberi semangat), dan tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), erat kaitannya dengan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Seorang pemimpin pembelajaran harus bisa memberi contoh, memotivasi, dan mendukung dalam setiap langkahnya, terutama dalam pengambilan keputusan yang bijak. 
Keputusan yang kita ambil sebagai pendidik sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita. Nilai ini menjadi landasan prinsip dalam menghadapi dilema etika, di mana tidak selalu ada pilihan yang jelas antara benar atau salah. Dalam modul ini, Pengambilan keputusan tidak terlepas dari dilema etika yang berkaitan dengan nilai-nilai kebaikan. Sebagai pendidik, guru harus bisa melihat 4 paradigma atas situasi yang tengah terjadi. 
Menyadur dari laman cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id, berikut 4 paradigma yang dimaksud: 
  1. Individu vs Masyarakat (Individual vs Community)  : Guru harus memilih untuk memprioritaskan kepentingan satu orang, satu kelompok kecil, ataupun kelompok besar. Dalam situasi ini, guru sering mengalami dilema, terlebih ketika suatu kelompok butuh lebih banyak waktu, sementara yang lainnya siap untuk melanjutkan proses pembelajaran. 
  2. Rasa Keadilan vs Rasa Kasihan (Justice vc Mercy) Dalam paradigma ini, terdapat pilihan antara mematuhi aturan tertulis ataupun tidak. Kepatuhan bisa muncul karena rasa hormat, sementara kelonggaran aturan didasari atas rasa kasihan atau kebaikan hati seseorang. 
  3.  Kebenaran vs Kesetiaan (Truth vs Loyalty) Kejujuran dan kesetiaan sering kali bertentangan dalam dilema etika. Guru sering dihadapkan pada pilihan untuk menyampaikan fakta dengan jujur, atau tetap setia pada profesi, kelompok, dan komitmen yang telah dibuat sebelumnya.
  4. Jangka Pendek vs Jangka Panjang (Short Term vs Long term) Paradigma ini sering kali terjadi dalam lingkungan pembelajaran.
Terkadang, guru harus memilih sesuatu yang baik untuk saat ini ataupun masa depan. Informasi penting disajikan secara kronologis 3 Prinsip Pengambilan Keputusan Guru Penggerak perlu mengidentifikasi kembali keputusan yang dibuat, apakah sudah sesuai dengan nilai-nilai kebajikan atau belum. 
Menurut laman bgpsulawesiutara.kemdikbud.go.id, ada 3 prinsip pengambilan keputusan yang perlu diketahui guru, di antaranya: 
  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) Prinsip ini berfokus pada hasil akhir tanpa melihat proses yang sedang dijalani. Prinsipnya condong pada pengambilan keputusan yang dilakukan demi kebaikan orang banyak atau kelompok yang lebih besar. 
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) Berpikir berbasis peraturan merupakan prinsip yang ketat. Sebab, segala keputusan yang diambil harus mengacu pada aturan-aturan dan nilai yang telah disepakati. Hal ini penting demi menjaga integritas dan komitmen bersama. 
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) Prinsip berpikir berbasis rasa peduli terbilang lebih humanis pada kasus-kasus tertentu. Prinsip ini lebih menekankan pada rasa peduli dan kasih sayang di atas peraturan yang ada. Prinsip ini juga mengedepankan rasa empati dalam diri seseorang. 
9 Langkah Pengambilan Keputusan Guru Penggerak Agus Sumana dalam bukunya Bergerak Bersama Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9 menjelaskan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang mesti dipahami seorang guru, meliputi: 
Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, 
Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, 
Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, 
Pengujian benar atau salah, 
Pengujian paradigma benar lawan benar, 
Melakukan prinsip resolusi, 
Investigasi opsi trilema, 
Buat keputusan, 
Lihat lagi keputusan dan refleksikan. 

Meski 9 langkah ini bukan termasuk hal mutlak, namun prinsip dan paradigma lainnya bisa membantu Guru Penggerak untuk mengambil keputusan secara bijak Dalam perjalanan pembelajaran ini, coaching atau bimbingan yang diberikan oleh pendamping sangat relevan. Proses coaching membuka ruang refleksi tentang efektivitas keputusan yang telah kita buat, sekaligus membantu mengatasi keraguan atau tantangan yang muncul. Coaching juga mengasah kemampuan kita mengelola aspek sosial emosional, yang sangat berperan dalam menyelesaikan dilema etika. 

Sebagai guru yang sering dihadapkan pada masalah etika atau moral, nilai-nilai yang dianut akan tercermin dalam keputusan yang kita ambil. Keputusan yang tepat menciptakan lingkungan sekolah yang aman, kondusif, dan positif bagi murid-murid. 

Di sinilah peran penting pemimpin dalam menciptakan lingkungan yang memungkinkan murid berkembang sesuai potensinya, yang tentunya terkait erat dengan filosofi pengajaran yang memerdekakan murid. Tantangan utama yang dihadapi dalam menjalankan pengambilan keputusan ini bisa saja datang dari paradigma di lingkungan kita yang belum sejalan dengan perubahan yang kita coba terapkan. Di sinilah pentingnya refleksi mendalam, untuk memastikan keputusan yang diambil tidak hanya tepat untuk saat ini, tetapi juga untuk masa depan murid-murid kita. 

Modul ini membawa kita pada pemahaman lebih dalam tentang konsep dilema etika dan bujukan moral, serta pentingnya memahami 4 paradigma dan 9 langkah pengujian keputusan. Setelah mempelajari ini, saya menyadari bahwa pengambilan keputusan bukan sekadar memilih antara benar atau salah, tetapi juga mempertimbangkan dampak jangka panjang bagi siswa dan komunitas sekolah. Sebagai seorang guru penggerak, pemahaman ini memperkaya cara pandang saya dalam menghadapi situasi sulit di lingkungan sekolah dan dalam pembelajaran sehari-hari. 


Akhirnya, mempelajari konsep-konsep ini tidak hanya penting bagi saya sebagai individu, tetapi juga sebagai pemimpin pembelajaran. Dengan memahami dilema etika secara lebih mendalam, saya lebih percaya diri dalam mengambil keputusan yang memprioritaskan kepentingan siswa, dan lebih mampu memfasilitasi pembelajaran yang memerdekakan potensi mereka. Ini adalah langkah penting menuju perubahan yang lebih besar dalam sistem pendidikan kita. Semoga artikel ini bisa menjadi refleksi bersama dan memberi manfaat bagi guru-guru lain yang juga berusaha menjadi pemimpin pembelajaran di abad ke-21.

Jumat, 11 Oktober 2024

Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi Dengan Polypad dan GeoGebra

https://drive.google.com/file/d/1lzMZjWQrRT3vElyYOtlVI2QX_2onnhxi/view?usp=sharing

Selasa, 08 Oktober 2024

Koneksi Antar Materi Modul 2.3 "Coaching Untuk Supervisi Akademik"

 

koneksi antar materi modul 2.3 oleh Ramida Sari