Kamis, 24 Oktober 2024

Koneksi Antar Materi Modul 3.1: Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin

Dalam filosofi Ki Hajar Dewantara, konsep Triloka yang mencakup ing ngarso sung tulodo (di depan memberi teladan), ing madyo mangun karso (di tengah memberi semangat), dan tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), erat kaitannya dengan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Seorang pemimpin pembelajaran harus bisa memberi contoh, memotivasi, dan mendukung dalam setiap langkahnya, terutama dalam pengambilan keputusan yang bijak. 
Keputusan yang kita ambil sebagai pendidik sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita. Nilai ini menjadi landasan prinsip dalam menghadapi dilema etika, di mana tidak selalu ada pilihan yang jelas antara benar atau salah. Dalam modul ini, Pengambilan keputusan tidak terlepas dari dilema etika yang berkaitan dengan nilai-nilai kebaikan. Sebagai pendidik, guru harus bisa melihat 4 paradigma atas situasi yang tengah terjadi. 
Menyadur dari laman cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id, berikut 4 paradigma yang dimaksud: 
  1. Individu vs Masyarakat (Individual vs Community)  : Guru harus memilih untuk memprioritaskan kepentingan satu orang, satu kelompok kecil, ataupun kelompok besar. Dalam situasi ini, guru sering mengalami dilema, terlebih ketika suatu kelompok butuh lebih banyak waktu, sementara yang lainnya siap untuk melanjutkan proses pembelajaran. 
  2. Rasa Keadilan vs Rasa Kasihan (Justice vc Mercy) Dalam paradigma ini, terdapat pilihan antara mematuhi aturan tertulis ataupun tidak. Kepatuhan bisa muncul karena rasa hormat, sementara kelonggaran aturan didasari atas rasa kasihan atau kebaikan hati seseorang. 
  3.  Kebenaran vs Kesetiaan (Truth vs Loyalty) Kejujuran dan kesetiaan sering kali bertentangan dalam dilema etika. Guru sering dihadapkan pada pilihan untuk menyampaikan fakta dengan jujur, atau tetap setia pada profesi, kelompok, dan komitmen yang telah dibuat sebelumnya.
  4. Jangka Pendek vs Jangka Panjang (Short Term vs Long term) Paradigma ini sering kali terjadi dalam lingkungan pembelajaran.
Terkadang, guru harus memilih sesuatu yang baik untuk saat ini ataupun masa depan. Informasi penting disajikan secara kronologis 3 Prinsip Pengambilan Keputusan Guru Penggerak perlu mengidentifikasi kembali keputusan yang dibuat, apakah sudah sesuai dengan nilai-nilai kebajikan atau belum. 
Menurut laman bgpsulawesiutara.kemdikbud.go.id, ada 3 prinsip pengambilan keputusan yang perlu diketahui guru, di antaranya: 
  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) Prinsip ini berfokus pada hasil akhir tanpa melihat proses yang sedang dijalani. Prinsipnya condong pada pengambilan keputusan yang dilakukan demi kebaikan orang banyak atau kelompok yang lebih besar. 
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) Berpikir berbasis peraturan merupakan prinsip yang ketat. Sebab, segala keputusan yang diambil harus mengacu pada aturan-aturan dan nilai yang telah disepakati. Hal ini penting demi menjaga integritas dan komitmen bersama. 
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) Prinsip berpikir berbasis rasa peduli terbilang lebih humanis pada kasus-kasus tertentu. Prinsip ini lebih menekankan pada rasa peduli dan kasih sayang di atas peraturan yang ada. Prinsip ini juga mengedepankan rasa empati dalam diri seseorang. 
9 Langkah Pengambilan Keputusan Guru Penggerak Agus Sumana dalam bukunya Bergerak Bersama Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9 menjelaskan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang mesti dipahami seorang guru, meliputi: 
Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, 
Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, 
Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, 
Pengujian benar atau salah, 
Pengujian paradigma benar lawan benar, 
Melakukan prinsip resolusi, 
Investigasi opsi trilema, 
Buat keputusan, 
Lihat lagi keputusan dan refleksikan. 

Meski 9 langkah ini bukan termasuk hal mutlak, namun prinsip dan paradigma lainnya bisa membantu Guru Penggerak untuk mengambil keputusan secara bijak Dalam perjalanan pembelajaran ini, coaching atau bimbingan yang diberikan oleh pendamping sangat relevan. Proses coaching membuka ruang refleksi tentang efektivitas keputusan yang telah kita buat, sekaligus membantu mengatasi keraguan atau tantangan yang muncul. Coaching juga mengasah kemampuan kita mengelola aspek sosial emosional, yang sangat berperan dalam menyelesaikan dilema etika. 

Sebagai guru yang sering dihadapkan pada masalah etika atau moral, nilai-nilai yang dianut akan tercermin dalam keputusan yang kita ambil. Keputusan yang tepat menciptakan lingkungan sekolah yang aman, kondusif, dan positif bagi murid-murid. 

Di sinilah peran penting pemimpin dalam menciptakan lingkungan yang memungkinkan murid berkembang sesuai potensinya, yang tentunya terkait erat dengan filosofi pengajaran yang memerdekakan murid. Tantangan utama yang dihadapi dalam menjalankan pengambilan keputusan ini bisa saja datang dari paradigma di lingkungan kita yang belum sejalan dengan perubahan yang kita coba terapkan. Di sinilah pentingnya refleksi mendalam, untuk memastikan keputusan yang diambil tidak hanya tepat untuk saat ini, tetapi juga untuk masa depan murid-murid kita. 

Modul ini membawa kita pada pemahaman lebih dalam tentang konsep dilema etika dan bujukan moral, serta pentingnya memahami 4 paradigma dan 9 langkah pengujian keputusan. Setelah mempelajari ini, saya menyadari bahwa pengambilan keputusan bukan sekadar memilih antara benar atau salah, tetapi juga mempertimbangkan dampak jangka panjang bagi siswa dan komunitas sekolah. Sebagai seorang guru penggerak, pemahaman ini memperkaya cara pandang saya dalam menghadapi situasi sulit di lingkungan sekolah dan dalam pembelajaran sehari-hari. 


Akhirnya, mempelajari konsep-konsep ini tidak hanya penting bagi saya sebagai individu, tetapi juga sebagai pemimpin pembelajaran. Dengan memahami dilema etika secara lebih mendalam, saya lebih percaya diri dalam mengambil keputusan yang memprioritaskan kepentingan siswa, dan lebih mampu memfasilitasi pembelajaran yang memerdekakan potensi mereka. Ini adalah langkah penting menuju perubahan yang lebih besar dalam sistem pendidikan kita. Semoga artikel ini bisa menjadi refleksi bersama dan memberi manfaat bagi guru-guru lain yang juga berusaha menjadi pemimpin pembelajaran di abad ke-21.

0 comments:

Posting Komentar