Gaung kurikulum 2013 yang sayup-sayup terdengar akhirnya sampai
juga ke sekolah-sekolah dasar yang berada di pedesaaan. Tidak terkecuali pada
SD kecil ini, ibarat mendapat mainan baru, semua warga SD Negeri 01 Topos merasa antusias mengetahui bahwa sekolah sudah
diizinkan melaksanakan pembelajaran berbasis kurikulum 2013. Menerapkan kurikulum baru di sekolah dianalogikan seperti mendapatkan baju seragam
baru. Semua sekolah merasa antusias untuk mencoba seragam baru. Dengan
kedatangan seragam baru, tentu ada
beberapa bagian yang perlu dipermak sana sini agar seragam tersebut cocok dan nyaman dipakai. Berbagai penyesuaian
diperlukan agar pelaksanaan kurikulum bisa berjalan dengan baik, disesuaikan
dengan kondisi dan lingkungan sekolah berada.
Kaget ??? tentu saja, mengingat
kurikulum 2013 merupakan hal yang sama sekali baru bagi warga SD Negeri 01
Topos. Kurikulum yang diisukan sangat tidak bersahabat dengan
situasi di pedesaan membuat warga sekolah pesimis dapat menjalankan kurikulum
2013 ini dengan baik sesuai dengan harapan pemerintah. Tapi benar kata pepatah,
“Tak Kenal Maka Tak Sayang”. Sesuatu
yang terdengar buruk tentu akan menjadi tetap buruk selama kita belum mengenal
hal itu dengan baik. Ditambah lagi belum tersedianya tenaga pengajar yang telah
mengikuti pendidikan dan pelatihan mengenai kurikulum ini. Setelah beberapa orang
guru mengikuti pelatihan mengenai pelaksanaan kurikulum 2013, lambat laun misteri itu mulai terkuak. Dengan adanya
informasi yang akurat mengenai apa dan bagaimana pelaksanaan kurikulum 2013 di
sekolah dasar membuat warga sekolah mulai mengerti dan sedikit demi sedikit
menerima dengan hati terbuka terhadap kurikulum baru yang akan diterapkan di sekolah.
Dengan pelaksanaan kurikulum 2013, peran guru yang selama ini hanya sebagai sumber informasi tunggal mulai
berubah. Guru lebih menempatkan dirinya
sebagai model dan tauladan bagi peserta
didiknya dalam berbagai hal. Guru juga berusaha menjadi sahabat yang baik bagi
peserta didik di sekolah. Adakalanya materi yang akan dibahas sulit diterapkan
disekolah, tapi guru dengan kreatifitasnya berusaha mencari materi yang setara
dan dapat disesuaikan dengan kondisi sekolah. Guru memberi informasi yang
bersifat umum mengenai materi pembelajaran yang akan dibahas, kemudian memberi
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat memancing rasa keingintahuan yang harus
dijawab sendiri oleh peserta didik.Di lain pihak, peserta didik juga dituntut
untuk lebih proaktif dalam mengembangkan pengetahuan mereka, sementara guru
lebih menekankan tugasnya sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Peserta didik
juga diajarkan untuk mampu berkontribusi dalam masyarakat sesuai dengan
kapasitasnya masing-masing. Peserta didik dibimbing agar lebih kreatif memanfaatkan
alam sekitar guna mengembangkan potensi dirinya. Peserta didik tidak lagi
dibebani dengan pelajaran-pelajaran
yang menakutkan, tetapi lebih diberikan pemahaman bahwa sekolah adalah tempat bermain sambil belajar. Peserta didik pun mulai terlihat antusias dan
bersemangat akan perubahan-perubahan yang mulai diterapkan sebagai dampak
positif dari pelaksanaan kurikulum baru.
Melaksanakan kurikulum 2013 di sekolah pedesaan bukanlah tanpa
tantangan. Salah satu tantangan yang
dihadapi dilingkungan pedesaaan dalam pelaksanaan kurikulum ini adalah minimnya media yang tersedia sebagai
sarana penerimaan informasi dari luar. Beberapa
tugas pada buku panduan sering menyarankan peserta didik untuk mendapatkan informasi pembanding dengan
menggunakan media internet, sementara
anak-anak di pedesaan sangat awam dengan hal tersebut. Satu-satunya media informasi yang mudah
diakses bagi mereka hanyalah televisi sebagai alat bantu mereka untuk mengenal
dunia luar. Untuk mengajarkan pengetahuan
baru bagi peserta didik terbilang sulit karena miskinnya informasi yang mereka
terima. Tantangan lain yang sering dihadapi
adalah saat tujuan pembelajaran meminta peserta didik untuk dapat berpikir kritis dengan sistem high order thinking
skill, karena pemerolehan informasi baru sangat terbatas dilingkungan
mereka. . Kondisi lingkungan dan kehidupan peserta didik yang masih sederhana dan tidak banyak tantangan, membuat pola berpikir mereka cenderung
sederhana. Berbagai cara dilakukan oleh guru dalam menyiasati hal ini, antara
lain dengan sering melaksanakan pembelajaran berkelompok, sehingga peserta
didik bisa saling bertukar pendapat, dan
mendorong peserta didik untuk lebih rajin membaca buku sebagai sumber informasi.
Guru selalu menganjurkan agar waktu luang yang ada dimanfaatkan untuk membaca
buku. Hal ini juga dimaksudkan untuk menggalakkan gerakan literasi di sekolah
yang memang terintegrasi dengan pelaksanaan kurikulum 2013.
Akibat dari kurangnya media informasi dari luar, membuat beberapa
materi pembelajaran menjadi sulit untuk disampaikan, misalnya pada materi
pembelajaran yang berhubungan dengan keberagaman agama dan budaya sebagai upaya
menumbuhkan sikap toleransi dalam mengahadap perbedaan. Dalam pembelajaran
kurikulum 2013 peserta didik dibimbing agar
dapat memahami keberagaman yang ada di Indonesia dan memiliki sikap
toleransi yang tinggi terhadap keberagaman tersebut. Kondisi peserta didik yang
relatif homogen, dan rata –rata masih
memiliki status kekerabatan, menjadikan keberagaman sebagai hal yang langka
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Minimnya keragaman antar peserta didik
membuat pembelajaran yang berhubungan dengan keberagaman sedikit berjalan
lambat. Jauhnya jarak dari ibukota kabupaten, sekitar satu jam setengah, dan
sekitar tiga jam dari ibukota Propinsi
membuat mereka jarang berkesempatan untuk bepergian keluar kota melihat berbagai
keberagaman di luar budaya mereka sehari-hari. Berbagai cara dilakukan guru untuk
memperkaya informasi mereka seperti melalui cerita dan gambar-gambar yang
memperkenalkan tentang keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Guru juga
selalu berusaha untuk menanamkan sikap
kebersamaan dan selalu meyakinkan peserta didik bahwa Indonesia adalah negara
kaya dan mereka memiliki banyak saudara
di belahan wilayah Indonesia lainnya.
Selain diperkenalkan dengan berbagai keberagaman dan pembentukan
sikap toleransi atas keberagaman tersebut,peserta didik juga dibina agar
memiliki karakteristik yang kuat dalam kepribadian mereka. Kemampuan peserta
didik tidak hanya difokuskan pada tujuan
pembelajaran, tapi lebih diutamakan pada kekhasan yang dimiliki oleh pribadi masing-masing. Peserta didik dilatih untuk
memiliki rasa kepercayaan diri yang tinggi. Masing-masing peserta didik
diberikan kesempatan untuk dapat menonjolkan kemampuan dan potensi yang
dimilikinya. Walaupun mereka tetap dituntut untuk mencapai kemampuan kompetensi
dasar yang sudah ditentukan,, tapi itu tidak menjadi acuan bagi guru untuk
menentukan keberhasilan peserta didik. Dalam lingkungan sekolah peserta didik
kelas atas juga didorong untuk bisa
menjadi panutan bagi adiknya di peserta didik kelas bawah. Peserta didik kelas
atas dibiasakan untuk membimbing dan menjadi figur yang dibanggakan oleh peserta
didik di kelas bawah. Sopan santun, keramahan dan harmonisasi di lingkungan
sekolah selalu dijaga. Dalam hal lain, ketegasan tetap diterapkan pada saat peserta
didik melakukan kesalahan. Ketegasan yang diterapkan pada kesalahan dijadikan
contoh bagi peserta didik lain untuk tidak mengulangi perbuatan yang sama.
Sinergi antara harmoni dan disiplin menciptakan peserta didik yang berkarakter
dan berakhlak baik. Pembentukan karakter mulia butuh waktu yang tidak sebentar,
oleh karena itu guru tidak memaksakan agar siswa berubah secara drastis.
Seiring berjalannya waktu, lambat laun perubahan karakter dan kepribadian ke
arah positif mulai tampak dalam individu peserta didik.
Hal lain yang menjadi kendala yang unik dalam pelaksanaan kurikulum
2013 di SD Negeri 01 Topos adalah
sulitnya membangun komunikasi yang baik dengan
orang tua ataupun wali murid. Untuk dapat bekerja sama dengan orangtua temasuk
hal yang sulit dilakukan sebagian peserta didik karena kebanyakan orang tua
mereka menginap di kebun, sehingga frekuensi pertemuan dengan orang tua menjadi
terbatas. Selain itu, tingkat pendidikan orang tua yang relatif rendah membuat
pembelajaran yang melibatkan orang tua sedikit mengalami hambatan. Misalnya
pada saat guru meminta peserta didik mewawancarai
orangtuanya mengenai beberapa materi pembelajaran yang didapatkan di sekolah. Beberapa
peserta didik justru kebingungan karena orang tua mereka pun tidak mengerti
mengenai materi pembelajaran tersebut.. Namun dengan dilibatkan dalam
pembelajaran di rumah membuat orangtua berusaha untuk meningkatkan kemampuan mereka, terlihat dari hasil
wawancara mereka walaupun terkesan jawaban nya sangat sederhana bahkan kadang
jauh melenceng dari tema, setidaknya ada
usaha dari mereka yang patut dihargai. Pembelajaran yang melibatkan orang tua
pun diusahakan berhubungan dengan
materi-materi ringan yang berkaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Guru
menekankan agar peserta didik bukan merepotkan orang tua, melainkan menghargai
pendapat mereka tentang materi yang telah dipelajari di sekolah.
Pada awal pelaksanaan terlihat orang tua dan wali tidak begitu
antusias menyambut pelaksanaan kurikulum baru ini. Seluruh materi tidak bisa
ditelan mentah-mentah. Banyak penyesuaian yang perlu dilakukan diberbagai
bidang, karena tidak semua hal bisa mereka cerna dengan baik. Tidak sedikit orang
tua dan wali murid merasa bingung
mengenai tingkat juaranya anaknya di kelas, karena mereka terbiasa
membandingkan anak-anak mereka satu sama lain dengan tingkat prestasi mereka di
sekolah. Oleh karena itu, guru selalu berusaha meyakinkan orang tua dan wali
murid bahwa setiap anak mereka adalah istimewa dengan menonjolkan kelebihan individu
masing-masing peserta didik. Kesempatan
bertemu dengan oraqng tua dan wali murid peserta didik dimanfaatkan oleh guru
untuk menonjolkan kemampuan yang dimiliki anaknya. Dengan memberikan ruang
untuk mengungkapkan kebanggaan terhadap anaknya disela-sela kekurangannya,
diharapkan orang tua dapat mengintrospeksi diri sekaligus dapat memberikan
motivasi untuk meningkatkan kemampuan khas yang dimiliki anaknya masing-masing.
Setelah melewati beberapa proses yang mau tidak mau melibatkan orang tua,
membuat mereka akhirnya mengerti dan mulai kooperatif dalam melaksanakan program-program yang ada. Perubahan
yang terjadi lambat laun pada perilaku anak-anak mulai terasa manfaatnya bagi
orang tua. Anak menjadi lebih santun, disiplin dan menghargai orang tua. Selain
itu, peserta didik juga diajarkan untuk dapat mengungkapkan pendapatnya sendiri
sesuai dengan sudut pandang pribadi msing-masing. Terkadang mereka bingung,
ketika satu sama lain memiliki pandangan berbeda terhadap sesuatu hal yang justru dianggap salah selama ini. Pola pikir masyarakat
di pedesaan yang cenderung kaku dan monoton membuat mereka seakan-akan anti
dengan perbedaan sudut pandang. Dalam hal berpikir kritis, sebagian orang tua
beranggapan hal tersebut akan mengganggu
tatanan yang telah ada selama ini, padahal pola tersebut sangat diharapkan muncul
pada pembelajaran K13. Dengan motivasi yang tinggi dari guru bahwa tidak ada
yang salah dengan perbedaan, dan dengan
mengadakan pendekatan serta terus berkoordinasi, akhirnya orang tua mau mengerti dan bersedia
diajak kompromi demi kemajuan dan perkembangan kemampuan berpikir putra-putri
mereka.
Semua kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaan kurikulum 2013 bisa diatasi dengan adanya penyesuaian di
berbagai aspek tanpa mengesampingkan tujuan utama dari pembelajaran. Berkomunikasi
dengan orang tua juga menjadi kunci utama suksesnya pelaksanaan kurikulum 2013
di SD Negeri 01 Topos. Dengan keterlibatan orang tua membuat peserta didik
memiliki kontrol dari dua arah yang berbeda, dari lingkungan primer dan
sekunder. Hal ini akan membuat perubahan karakter lebih mudah terpandu dan
terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari. Semua hal ini bisa terwujud dengan
adanya kerja sama yang baik antara guru,
peserta didik dan orang tua serta lingkungan sekolah.
0 comments:
Posting Komentar